Selamat jalan guru idola

Beberapa minggu lalu, merupakan masa rehat dari kesibukan seorang mahasiswa. Sebagian besar waktu saya habiskan dengan melakukan paralel nonton tv, mulai dari inbox, dahsyat, acara gossip, sinetron lokal maupun korea semua saya lahap. Jujur paling seru buat saya nonton gossip, ngomongin orang emang nikmat apalagi kalo bagian ngece-ngece artisnya (ketauan acara gossipnya ini mesti, haha). Tapi untunglah ada alternatif hiburan dari tv kabel (sombong). Rentetan film-film sepanjang hari itu sudah lebih dari cukup untuk mengisi hari.

Dari situ saya peroleh film yang dulu dipromosikan teman saya Beryl judulnya “Freedom Writer”. Bercerita tentang perjalanan karir seorang guru yang berjuang melawan paham rasisme di kelasnya. Perjuangan menyatukan perbedaan diantara muridnya dan menghilangkan paham geng yang dahulu marak di kalang remaja amerika menjadi target utama dia mengajar di kelas. Penolakan dari tiap murid dan cibiran dari sesama rekan guru menghiasi awal perjuangannya. Ditambah adanya konflik internal keluarga berupa permohonan cerai dari suaminya menjadi tambahan deretan cobaan yang menghalangi. Dengan pendekatan persuasif yang inovatif dan inspiratif mampu mencairkan ketegangan antar muridnya bahkan menyatukannya. Sampai akhirnya menjadi guru idola para muridnya untuk kelas yang sama hingga mereka lulus dari jenjang High School .

Berbicara masalah guru saya teringat dengan sosok guru yang menurut saya cukup untuk menyandang guru idola. Dengan gaya yang sederhana dan perawakan yang bersahaja, ia selalu tampil di depan para muridnya memberikan materi pelajaran atau sekedar nasihat. Tidak menampilkan emosi yang berlebihan ketika menggertak kesalahan kami, sehingga menimbulkan hormat yang amat sangat. Mengajarkan kepada kita untuk menghargai waktu yang diberikan akibat kelalaian yang rutin dilakukan. Menampilkan kesabaran dan ketulusan dalam mengajar sampai mengabaikan penyakit yang diderita. Kini telah hampir memasuki 40 hari kepergiannya. Selamat istirahat dalam kenyamanan akhirat yang telah pak guru tabung selama hidup. Terima kasih untuk jasa yang telah kau berikan. Terima kasih telah menjadi figur idola seorang guru.

momen pertemuan terakhir bersama guru idola, selamat jalan Pak Zul..

Sedikit keluar dari tema, tapi karena masih berkaitan dengan tema persembahan maka saya cantumkan. 😀

Beberapa tempo hari yang lalu saya juga mendapat kabar duka dari bude’ saya, padahal lebaran sebelumnya saya masih asyik ngobrol bersama. Seperti biasa obrolan masalah “kapan lulus?” atau tema percintaan menjadi basa basi terakhir antara kami. Respon dengan sedikit berteriak (efek pendengarannya yang terganngu) yang saya timpali pun tanpa disangka menjadi jawaban terakhir dari saya yang didengarnya. Beliau telah menjadi guru, dalam setiap cerita hidup yang disampaikan oleh ibu saya tersimpan banyak pelajaran penting yang bisa dipetik. Semoga beliau diterima disisi Allah SWT. Kabar dari ibu saya menceritakan kalau kondisinya saat dimandikan terlihat seperti masih hidup, badan masih hangat dan tidak kaku padahal wafat di malam sebelumnya. Wallahu a’llam, semoga pertanda baik. Aamiin…

Blog at WordPress.com.

Up ↑